Jakarta - Pembelajaran ilmu robotika di tingkatan anak sekolah Indonesia saat ini dinilai jalan di tempat, tidak ada perkembangan yang signifikan. Hal ini lantaran perilaku instruktur serta sekolah yang tidak konsisten.
"Masalah terbesar di sumber daya manusia (instruktur robotika - red). Kayak kutu loncat. Belum buat pondasi yang kuat sudah pindah ke sekolah lain," ujar Christian Tjahyadi, praktisi robotika dari Nextsystem saat berbincang dengan detikINET.
Christ menambahkan, dalam prakteknya di lapangan ternyata kendalanya bukan hanya dari instrukturnya saja yang tidak konsisten. Sekolah juga berlaku serupa. Tidak konsisten.
"Yang paling penting adalah sekolah memahami makna dari pembelajaran robotika. Jangan hanya karena ikut tren semata kemudian membuat program robotika. Akhirnya robotika hanya membuang waktu," ungkapnya.
Makna terpenting dari robotika, kata Christ, adalah robotika sebagai kolaborator dari bidang pengetahuan yang lain yang diajarkan di sekolah.
"Misalnya belajar matematika, fisika, kimia, elektronika serta bidang pendidikan lainnya. Robotika adalah wujud nyata dari bidang pendidikan tersebut. Ini yang harus dipahami benar. Sehingga belajar robotika itu bukan buang-buang waktu," tegasnya.
Selain Nextsystem, penelusuran detikINET, di Bandung terdapat banyak tempat belajar robotika. Sebut saja RobotA, iROBO, RoboBOX dan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar